Jumat, 14 Mei 2010

Pertanian dan Pangan

Nama : Selvia Anasthasia
NIM : A24090036
Alamat blog : www.viegalzzz-anasthasia.blogspot.com
Kajian : Pertanian dan Pangan

“Produksi Padi di Indonesia”
Padi memiliki nama latin Oryza sativa dari Famili Graminae. Padi biasanya ditanam di Sawah atau Ladang, biasanya memiliki tinggi sekitar 50 cm dengan batang tegak, lunak, berongga, kasar, dan berwarna hijau. Daun tunggal, berbentuk pita dengan panjang 15-30cm dan lebarnya 2 ern, ujungnya runcing, tipe pertulangan sejajar. Buahnya majemuk, seperti malai, berwarna hijau tetapi jika sudah tua akan menguning. Butir padi yang lepas dari tangkainya disebut gabah, jika sudah dibuang kulit luarnya disebut beras dan setelah dimasak akan menjadi nasi. Selain nama latin, padi juga memiliki beberapa sebutan lain seperti, Pare, pantun, pari, padi (Jawa). pade, rom, r. pedeh, page; eme, ome, banih, padi, pai, pari, pagri (Sumatera). wanat ; fasa, alai, ara, fala, hala, ala hutu, ala utu, ala utut, hala,; alac tuwa, pinge, pinye, samasi, bira (Maluku). ame, eme,; pai, pae, bai, ase (Sulawesi). Pare, kekai, parei, bani, ; Parai, parei, pari (Kalimantan). padi, pantu, pantun, pade; pare, fare, pari, pane, pare ui, hade aik, ale (N.Tenggara); Reis (Jerman), riz (Perancis), riyst (Belanda), rice (Inggris). Sedangkan manfaat dari padi sendiri adalah untuk meningkatkan nafsu makan, memperlancar pencernaan, mengurangi keringat berlebih, mengobati penyakit beri-beri, demam, diare, bisul, gondongan, rematik, keseleo, filariasis, keguguran, dan radang kulit. Bagian yang biasanya digunakan adalah selaput biji, biji, dan tangkai buah.







Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak potensi khususnya dalam hal sumber daya seperti yang dituturkan oleh Mr.Theera dari Thailand sewaktu mengadakan kunjungan ke Indonesia. Ia beranggapan bahwa Indonesia memiliki kesamaan dengan Thailand dalam hal kondisi pertanian, lahan dan iklim. (web.ipb.ac.id.). Namun, sungguh disayangkan di Indonesia sendiri di bidang produksi padi sebagai wujud pertanian dan ketahanan pangan di Indonesia masih sangat kurang sekali. Sebagai contoh, berdasarkan sebuah survei bulan Juli sampai dengan Agustus 2006 di daerah Nganjuk, konsumsi terhadap padi-padian 47,1%, umbi-umbian 3,2%, pangan hewani 4,0%, minyak dan lemak 9,2%, Sayur dan buah 5,5%, dan lain-lain. (iirc.ipb.ac.id). Data tersebut membuktikan bahwa masyarakat Indonesia kebanyakan masih sangat bergantung pada beras bahkan menjadikan beras sebagai makanan pokok mereka. Namun, sungguh disayangkan hanya sebagian orang saja yang dapat memenuhi kebutuhan akan beras tersebut dengan cukup. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa memenuhi kebutuhan mereka akan beras, sehingga banyak yang mulai beralih ke alternatif lain seperti jagung, singkong, sagu, ubi jalar,kedelai dan kentang. Karena dianggap memiliki kandungan gizi yang sama dengan harga yang relatif lebih terjangkau dibandingkan beras.
Indonesia juga sempat mengalami krisis pangan, namun pada tahun 70-an berhasil diatasi bahkan berhasil untuk mengadakan swasembada beras pada tahun 1984. Tetapi, sungguh disayangkan karena sekarang Indonesia kembali mengalami keterpurukan dalam hal pangan, ini disebabkan oleh rendahnya produksi dan produktivitas pangan tersebut. Sedangkan kebutuhan pangan domestik justru meningkat. Maka untuk mengimbangi hal tersebut, Pemerintah mulai menerima impor beras atau bahan lain seperti susu, kedelai, terigu,dan berbagai jenis umbi-umbian lainnya dari negara lain.
Gambaran umum dari kondisi perberasan di Indonesia adalah pada sekitar tahun 2001 sampai dengan 2006 ada pertumbuhan produksi padi sebesar 0,9% dan ini merupakan perkembangan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, bahkan jauh dibawah kenaikan konsumsi beras pertahunnya sebesar 2%. Maka dari itu menurut catatan BPS tahun 2006, Pemerintah perlu mengimbanginya dengan cara mengimpor beras dengan rata-rata 2.000.000 Ton pertahun. Sejak tahun 2006 kesejahteraan petani pun tidak lagi terjamin,terbukti dari menurunnya nilai tukar petani sebesar 0,53% per tahun. penurunan produksi dan produktivitas padi di Indonesia terjadi akibat global warming yang menyebabkan musim panas dan hujannya sulit untuk diprediksi oleh para petani. Sehingga kualitas gabah pun menurun dan mengandung lebih banyak air akibat terendam banjir secara tiba-tiba, panen saat musim hujan, maupun hama yang menjadi sangat resisten. Sebagi imbas dari hal tersebut adalah kenaikan harga beras di dunia yang mencapai $1000 per Ton, ini menunjukkan bahwa ada kenaikan 100% di dalam negeri sendiri. Namun, sungguh disayangkan hal ini dijadiakan peluang oleh para pengusaha ilegal untuk menampungnya dan mengekspornya ketika Bulog tidak mampu lagi menampung hasil panen para petani. Maka untuk menindak kejadian tersebut pemerintah mengeluarkan SK yang menyatakan bahwa jumlah stok beras di Indonesia minimal 3.000.000 Ton dan pihak yang berhak untuk mengekspor beras hanyalah BULOG. Selain itu, dikeluarkan juga Peraturan Menteri Pertanian no. 38 tahun 2007 yang mengatur tentang harga pembelian gabah kering (GKP) dengan kadar air 14-18% dan kadar hampa 4-10% sebesar Rp2310,00-2350,00 per kg di penggilingan. Sedangkan GKP dengan kadar air 19-25% dengan kadar hampa 3-10% adalah Rp2035,00 di penggilingan. Dengan dikeluarkannya keputusan tersebut Pemerintah telah membuktikan keseriusan dan komitmennya untuk mewujudkan swasembada pangan dan ketahanan nasional, meskipun manfaat dari keputusan ini belum dirasakan sepenuhnya. Buktinya sampai dengan April 2008 BULOG hanya mampu memiliki stok sebanyak 675.000 (70% dari target yang ditetapkan).







Berdasarkan SK Menteri Perdagangan, ekspor hanya bisa dilakukan jika sudah bisa memenuhi kebutuhan nasional dengan stok nasional minimal 1,5 juta ton dari standar untuk melakukan ekspor yaitu 3 juta ton dan itu merupakan suatu hal yang ilmiah. Indonesia juga ingin sekali melakukan ekspor karena memiliki beberapa keuntungan, salah satunya adalah meningkatkan devisa dan membantu krisis pangan terutama di negara-negara yang membutuhkan seperti Afrika. Namun sayangnya sampai dengan saat ini Indonesia belum mampu untuk mencapai 25%-nya dari standar yang ditetapkan.
(rks.ipb.ac.id/file_pdf/ARS%20PANGAN_lengkap_22%20Jan%2009.pdf)
Saat ini Indonesia masih jauh ketinggalan dengan negara lain seperti Kuba, Brazil, India dan Cina dalam hal pengembangan bioteknologinya, padahal produksi dapat ditingkatkan melalui pengembangan di bidang bioteknologi. Maka dibuatlah model sinergi yang melibatkan akedemisi, bisnis dan pemerintah yang dikenal dengan ABG (Academician Business community, Government). Diperkirakan bahwa dengan adanya bioteknologi maka dalam jangka waktu 10 tahun mendatang akan membantu sekali khususnya dalam hal masalah kerusakan lingkungan maupun munculnya berbagai penyakit baru.
(lppm.ipb.ac.id/ID/index.php?view=warta/isinews&id=439 –)
Dengan alasan di atas maka mahasiswa IPB memberikan beberapa solusi, misalnya dengan mendesak pemerintah untuk menyentuh petani dengan kualitas dengan memberikan vacuum capatiner untuk bisa meningkatkan harga jual padi, juga mengadakan operasi pasar dan mengawasi di tingkat penjualan padi, pemerintah juga hendaknya menjadikan BPS sebagai sentral statistik, mengantisipasi berbagai bentuk penjualan beras secara ilegal oleh para pengusaha yang tidak bertanggungjawab, disamping itu pemerintah juga hendaknya merangkul para tengkulak menjadi mitra Bulog dan bekerja sama dalam program penyerapan gabah dan sosialisasi teknologi, dan menganjurkan presiden untuk mengeluarkan instruksi presiden tentang diversivikasi pangan dalam rangka mengurangi konsumsi beras nasional.
Beberapa hal yang diwujudkan oleh mahasiswa IPB dalam rangka mendukung pemerintah mewujudkan swasembada beras dan ketahanan pangan di bidang pertanian dan lingkungan yaitu:
. Mengembangkan jenis padi unggul, padi hibrida, dan padi dengan tipe baru
. Melakukan efisiensi benih dan teknologi pasca panen misalnya dengan vacuum capatiner
. Memanfaatkan spesies padi liar
. Meningkatkan produktivitas Shorgum
. Meningkatkan nilai fungsional dari singkong, ubi, jagung, maupun jenis tanaman karbohidrat lainnya sebagai usaha diversifikasi pangan.
(student.ipb.ac.id/~koran_kampus/index.php?... –)